Ambang Jiwa

Guys barusan tadi setelah mata kuliah Komunikasi Global selesai, gue dan teman-teman ngumpul di kantin buat ngobrol-ngobrol bentar sambil makan. Seperti biasa gue dan sahabat gue Sandra, suka banget ngobrolin apa aja yang menyangkut masa depan hahaha. Soalnya nih guys, masa depan itu masa yang nggak bisa ketebak, masa yang masih abu-abu, masa yang buat semua orang penasaran, nggak cuma cowok cuek aja yang bikin penasaran ternyata hahaha. 

Oke, gini guys gue mau cerita bahwa ada beberapa pola pikir atau sudut pandang yang berbeda dari latar belakang seseorang. Tadi gue dan Sandra sempat random ngobrol dari mulai Politik-Agama-Keberagaman. Bahas sedikit ya, menurut gue pribadi Politik dan Agama itu sesuatu hal yang berbeda. Berbedanya disini kita bisa lihat latar belakang dari negara yang kita naungi. Kalo mayoritas rakyatnya memang hanya punya satu Agama yang sudah ia percayai sejak jaman nenek moyang maka bisa saja negara tersebut menggunakan aturan dan tata cara sesuai kepercayaan yang ia anut sejak lama. Tapi kalau sebaliknya jika suatu negara itu punya berbagai macam Agama dan kepercayaan, maka harus diciptakan suatu sistem atau konsep yang adil agar dapat menciptakan kesejahteraan bagi semua umat beragama, sehingga manusia dapat saling menyayangi, bahu membahu, terlindungi dan bahagia. Tapi gue tekankan disini, setiap umat beragama itu pun wajib dan harus pula untuk melaksanakan apa yang diwajibkan dan menjauhi apa yang dilarangnya, tentu saja dengan cara-cara yang baik pula seperti Nabi Muhammad SAW. 

Nah yang kedua ini lumayan topik yang sering banget gue bahas sama si Sandra, yaitu tentang Masa Depan. Awalnya kita bahas tentang salah satu teman Sandra yang habis di lamar *eciyee, terus Sandra nanya: "Eh, bedanya tunangan sama lamaran apa sih?" terus gue jawab "Sama aja bukannya?"
"Iya sih". Nah gue punya pendapat kalo lamaran itu tingkatanya lebih tinggi daripada tunangan, karena kalo lamaran kayaknya bener-bener mempertemukan dua keluarga dan secara langsung lelaki meminta si wanita kepada kedua orang tuanya dan disitu pun ada tuker cincin juga, nah biasanya dari lamaran itu pasti antar keluarga langsung ngebahas tanggal pernikahan, sementara kalo tunangan cuma ngiket si cewe buat cowo or bahasa kasarnya biar si cewe ataupun si cowo nggak kemane-mane, iyak nggak sih? haha *maap ya kalo agak sotooooy. Terus kita juga ngebahas temen-temen kita yang pada nikah duluan, mostly mereka nikah pasti sama yang umur nya jauh lebih dewasa. Kenyataan yang gue lihat sih gitu, teman-teman gue yang udah pada nikah kebanyakan suaminya jauh lebih tua dan secara mentaly gue lihat mereka emang udah siap. Beda sama yang ibarat kata masih "labil" atau bahasa halusnya mungkin belum siap secara mentaly, sehingga menemukan ketidakcocokan yang mengakibatkan broke up. Gue nggak bermaksud untuk ngejudge ko, ini cuma berdasarkan pengamatan gue aja. Bisa jadi diluar sana juga nggak seperti yang gue tulis ini. Its just my opinion!

And bahasan yang ketiga, masih nyambung dari bahasan yang kedua. Yaitu ada beberapa orang yang punya pola pikir beda. Contohnya kaya target menikah seseorang itu justru di umur 30n atau mungkin ada yang lebih. Dimana masa itu sudah bisa dikatakan masa yang sangat matang untuk orang memutuskan menikah, kalo kata orang dulu mah "telat nikah". Gue dan Sandra ini menganalisa bahwa orang yang punya pikiran kaya gitu biasanya orang yang dilatar belakangi oleh akademisi murni hahaha thats mean mereka merupakan orang-orang yang pure hanya kuliah dan nggak sambil kerja. Karena setelah lulus kuliah, sebenarnya the real life mereka baru dimulai. Beda halnya dengan orang yang menjalani keduanya secara bersamaan, ya kaya kerja sambil kuliah. Hal yang gue rasakan sebagai mahasiswa setengah karyawan adalah diambang jiwa. Maksudnya tuh gini, seperti yang gue dan Sandra rasakan kalau kita sebernya belum siap banget untuk kerja, tapi kenyataan mengharuskan kita bekerja setelah lulus SMK, kasarnya mah kita "dipaksa dewasa" hahaha. Karena gini, setelah kita bekerja kita ngerasain kerasnya gimana melakukan suatu pekerjaan yang 1) harus kudu wajib selesai sebelum deadline 2) menghadapi komplainan dari atasan kalo kerjaan kita salah 3) bertanggung jawab atas kesalahan yang kita buat saat bekerja 4) bertemu dengan berbagai macam jenis konsumen yang mengharuskan kita tetap kalem, ramah, baik, hangat disaat kita lagi banyak kerjaan dan bad mood 5) menghadapi congor ibuk ibuk pekerja yang pedeeeees kaya mie abang adek. Tapi disatu sisi, kita tuh pengen selayaknya mahasiswa pada umumnya, kaya bisa ikut aktif organisasi dikampus, bisa jadi mahasiswa kritis, ikut komunitas diluar, bisa punya banyak waktu untuk ngelakuin banyak hal lah intinya. Disini sebenarnya ambang dilema yang gue dan Sandra rasain, kita emang pernah ikut organisasi tapi mungkin nggak berkontribusi banyak, apalgi gue yang masih baru banget ikut dalam organisasi, satu sisi kita juga nggak bisa mengabaikan tanggung jawab sebagai karyawan karena disana kita cari nafkah buat biayain kuliah kita. Jadi tujuan yang ingin kita capai itu sebenarnya masih ngawang-ngawang, jiwa kita juga kaya diambang, apa yang akan kita lakukan setelah ini. Ingin berkontribusi ikut komunitas, tapi pasti nggak akan bisa maksimal terjun didalamnya, kaya semisal kita mau buat even itu pasti membutuhkan waktu untuk diskusi atau rapat untuk acara yang akan kita buat bakal dikemas kaya apa, tapi satu sisi kita nggak mungkin untuk ijin kerja untuk menghadiri setiap rapat diadakan. You can imagine!!! 

Image result for wallpaper tumblr

Komentar

Postingan Populer