Jelaskanlah! mungkin ku akan paham

Jakarta, 25 September 2019
Belakangan ini banyak pemberitaan tentang revisi-revisi UU, baik itu tentang KPK, Kekerasan Seksual atau yang sedang hangat-hangatnya itu tentang hukum pidana. Sejujurnya gue bener-bener nggak punya penilaian tentang masalah yang terjadi saat ini, karena saat itu gue nggak caritau dari mana akar masalahnya secara detail, cuma liat potongan-potongan dari beberapa berita yang ada ditwitter. 

Begitu banyak orang yang menanggapinya secara variatif, ada yang berdemo, ada yang membuat petisi dan yang paling banyak saat ini membuat pendapat-pendapat subjektifnya dimedia sosial. Itu sih sah-sah aja kan negara Demokrasi hehe. Cuma yang disayangkan kalo menurut gue, ketika orang yang punya pengaruh justru seperti memprovokasi atau mengadu domba antara kelas atas dan bawah, yang padahal kalo merujuk lagi sebenernya semua elemen masyarakat tuh tau nggak sih apa yang diperdebatkan?

Jadi hari ini gue coba nonton ILC yang didalamnya ada ketua BEM dari beberapa Universitas, perwakilan LSM, menkumham dan beberapa wakil DPR. Kalo yang gue liat ini berdasarkan pendapat pribadi ya, apa yang dikhawatirkan para mahasiswa ini tentang revisi KUHP, KPK, Kekerasan Seksual semata-mata hanya tidak adanya satu pemahaman yang sama dengan pemerintah dimana text didalamnya itu multitafsir. Jadi yang gue tangkep dari perdebatan antara mahasiswa yang mengatasnamakan rakyat dengan pemerintahan itu tidak terjadinya satu pemahaman dengan keresahan yang dirasakan rakyat dengan apa yang dimaksud pemerintah.

Artinya begini, pemerintah juga perlu transparan dalam hal sosialisasi terhadap UU kepada masyarakat. Agar masyarakat bisa tau maksud dan tujuan sebenarnya. Diera modern kaya gini emang mudah banget untuk kita terprovokasi oleh hal apapun, mungkin hal yang sebenarnya kita nggak tau juga, cuma dugaan semata, karena saking banyaknya berita, orang bebas berkomentar, jadi segala sesuatu yang diberitakan sulit dipercaya atau sebaliknya.

Mungkin bisa jadi, ketidakpercayaan masyarakat dengan pemerintah karena hal-hal yang dilakukan dimasa lampau, seharusnya bisa jadi wakil rakyat sebagai penjembatan suara rakyat malah memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan sendiri atau suatu golongan. Maka sebenernya perlu lah evaluasi dan pembuktian bahwa "ini loh gue yang baru, bisa dipercaya dan menjalankan amanah".

Jadi intinya yang gue tangkep setelah menonton ILC adalah statement dari DPR dan Pemerintah yang menyatakan mereka terbuka untuk kritik saran atas UU yang dibuat secara dadakan dimasa-masa terakhir jabatan itu terasa tergesa-gesa, kenapa nggak dari awal lo pada mikirin ginian? tapi yang disampaikan mahasiswa mereka tidak dilibatkan dalam diskusi tentang hal ini, mungkin karena kesulitan akses menuju DPR, dari statement Ketua BEM yang menyampaikan bahwa sulit sekali menemui ketua DPR, padahal mereka sudah menyurati, dan tanggapan dari DPR bahwa sekjenya tidak menerima surat dari mahasiwa. Seakan ada miss communication didalamnya. Itulah yang membuat masyarakat resah, hal-hal yang seperti ini yang ditakutkan masyarakat. Dari hal kecil saja sulit untuk kompromi, sampai-sampai harus menggerakan massa baru ditanggapi. Mungkin hal ini juga bisa jadi masukan untuk DPR dan Pemerintah, bahwa sosialisasi atas apa produk kebijakan yang akan dijalankan harus benar-benar sampai di masyarakat dan dipahami!. Kalau dirasa kebijakanya merugikan banyak masyarakat maka perlu diskusi dengan tokoh-tokoh masyarakat agar sampai dengan benar ke masyarakat.

Sebenernya hal2 kaya gini juga terjadi dilingkungan kerja atau organisasi, mungkin masalahnya ada dikomunikasi. Karena penyampaian yang kurang tepat bisa jadi salah tafsir oleh seseorang, dan perlu disadari juga menjadi pemerintah yang tugasnya mengatur negara dengan jumlah penduduk yang banyak seperti Indonesia juga nggak mudah. Dan juga nggak kalah penting, jangan menjadikan kekuasaan yang dipunya sebagai senjata untuk berbuat jahat yang merugikan orang lain, apalagi masyarakat. Jadi sebaiknya ya memang sama-sama tahu diri, bertanggung jawab. 

Di era serba digital ini, gue rasa kita harus juga mawas diri, banjir informasi memudahkan menyesatkan orang. Apalagi media yang menjadi jembatan antara kelas elit dan seluruh masyarakat, fungsinya sebagai kontrol sosial. Seharusnya memang independent, tapi nyatanya sekarang? ya harusnya balik lagi ke fakta, aktual dan akurat.

Udah dah segitu dulu curhatan ogut, ayo semangat dan siap untuk memasuki era globalisasi ini, tanpa menghilangkan jati diri kita! 


Komentar

Postingan Populer