Sore Terakhir

Untuk kesekian kalinya
aku memilih untuk menarik diri dari teman-teman yang lainya. Entah aku memang
tak sanggup berada lama-lama ditempat itu atau karena sesuatu hal, kadang aku
hanya bingung dengan perasaan. Ingin berkata baik-baik saja, namun kenyataan
hati tidak berkata seperti itu.
Tuhan aku lelah dengan
kesalahan memilih. Memilih jatuh cinta dengan orang yang salah lagi untuk
kesekian kalinya. Aku ingat waktu itu aku berdoa agar tuhan tidak membiarkan
aku jatuh cinta lagi, aku bersungguh-sungguh. Tapi nyatanya doa ku tidak
dikabulkan. Aku jatuh cinta lagi.
Aku memilih untuk pergi
ke suatu tempat yang tempatnya membuat aku teduh. Disana ada bukit yang jika
kita berada diatas sana kita bisa melihat matahari bergegas pergi. Cahaya orange
terang yang membuat aku tenang, ku hirup udara dalam-dalam lalu ku hembuskan
agar beban ku sedikit hilang dan angin-angin menyejukan itu datang untuk
menghibur.
Jika sedang menarik
diri, sebenarnya aku berharap agar dipedulikan. Setidaknya ia memikirkan ku
sedikit saja. Apa mungkin? Perkenalan yang cukup lama justru menimbulkan
perasaan yang tidak biasa didalam hati ku, aku tidak mungkin mengakuinya jika
aku......aku menyayanginya. Tapi apabila dia hanya mengangapku teman biasa, apa
aku pantas kecewa? Setelah apa yang ia berikan kepada ku itu lebih dari cukup. Dia
berhasil membuat aku jatuh hati, menginspirasi ku, membuat aku nyaman dan
menjadi pribadi yang lebih baik. Sementara disana ia tidak tahu bahwa orang
yang telah lama dikenalnya perlahan-lahan mencintainya. Apa aku salah jika
tetap memendamnya, tetapi aku sendiri sudah tidak sanggup memendamnya.
“when
you love someone just be brave to say......”, tiba-tiba nada
dering handphone ku berbunyi saat aku sedang menutup kedua mataku dan menikmati
sore diatas bukit yang anginnya menyejukan hati.
“hallo, Bay, ada apa?”
“lo dimana? Kabur mulu!”
“emmm..gue di Taman
Harapan Bay, emang kenapa?”
“oh yang banyak
bukitnya yah?”
“iya Bay bener”
“yaudah ya” tut....tut....tut....
Jujur saja sebagai
wanita yang sedang jatuh cinta, aku merasa senang mendapat telepon darinya,
tetapi aku takut terlalu jauh berharap, aku tidak lagi ingin buang-buang waktu
mencintai orang yang lagi-lagi tidak mencintaiku. Rasanya sungguh lelah
melebihi berlari 3x putaran komplek rumah. Aku hanya ingin menyudahi rasa lelah
ini.
“Anna....”
Aku mengenali suara yang
memanggil nama ku, lantas aku berdiri diatas bukit dan melihat siapa yang
memanggilku. Aku menghela napas panjang merasakan saat itu seperti orang yang
benar-benar dehidrasi. Itu Bayu yang memanggil. Mengapa dia selalu tahu apa
yang aku mau, aku merasa seperti dia mengetahui apa yang ada dalam hati ku. Aku
merasa dia datang ingin menghiburku, ya aku merasakan hal itu. Semoga saja
tidak salah.
“ngapai lo kesini Bay?”
“elo tuh kabur-kaburan
terus, nggak jelas!”
“loh emang kenapa? Rapat
udah kelar kan?”
“emang udah, tapi main
dulu kek, kaya orang sibuk aja ngilang terus”
“hahaha, ya bebas dong
Bay kan rapat udah kelar ini”
“iya terserah lo deh”
Burung walet yang hanya
keluar saat sore hari menjadi saksi bahwa dibukit ini merupakan tempat menenangkan
yang tidak bisa aku ajak bicara sedang didatangi oleh orang yang juga
menyejukan hati ini, organ dalam tubuh yang paling sensitive yang ada pada
seorang wanita. Aku dikelilingi kesejukan. Aku sungguh merasa sejuk sore itu.
“eh Ann lo tuh beda tau”
“apanya yang beda?”
“sikap lo! Emang nggak
sadar apa?”
“masa sih?”
“iya, lo sering
kabur-kaburan nggak jelas”
“loh, bukanya elo yang
sering kabur-kaburan yah, suka sesuka hati lo. Kalo disuruh rapat alasan terus,
inilah...itulah...tau-tau nya ada diperpus sama cewek sambil ketawa-tawa”
“hahaha...lo ko tau
semua?, lo merhatiin gue ya?” sambil melihat kearah ku
“ya emang benar kan?”
“temen-temen gue aja
nggak tau loh gue suka kabur-kaburan ngapain, nah elo yang selalu hadir rapat. Bisa
tau gitu?”
Seketika aku tidak bisa
mengeluarkan sepatah kata pun, aku hanya tertunduk malu secara tidak langsung
aku memberitahu kalo aku sering memperhatikanya.
“nggak usah bohong lagi
An, lo ada perasaan sama gue ya?”
Saat pertanyaan itu
dilontarkan rasanya aku ingin kabur, tapi tidak bisa. Kaki ini terasa dipasung.
Berat sekali.
“udah keliatan banget
An, gue juga ngeliat lo dari awal gimana sampe saat ini, kita kenal nggak
sebentar An.
“Bay, sorry ya gue jadi
buat lo ngerasa bingung sama sikap gue” menghela
napas panjang
“Jujur ya Bay, lo orang
yang beda yang pernah gue kenal, lo tipe orang yang bisa buat semua orang
nyaman deket dengan lo, lo punya kelebihan itu Bay. Dan gue nggak bisa menolak
itu, hati gue merasa senang dengan yang ada pada pribadi lo Bay”
Lagi-lagi suasana
hening terjadi diantara kita, dan hanya angin yang menjadi penghibur. Matahari seolah
berpamitan bahwa tidak lagi dapat menyinari kami dengan sinarnya.
“sorry An, gue nggak
bermaksud memaksa lo....”
“iya Bay, gue nggak
minta lo buat membalas apa yang gue rasa, yaudah ya Bay gue pamit”
Saat itu aku memilih
meninggalkan bukit yang sebentar lagi berganti keindahanya dengan
bintang-bintang yang betaburan, aku hanya saja tidak mau lagi menambah deretan
moment bersamanya yang akan membuat aku semakin berharap, sekali lagi aku lelah
dengan ketidakpastian.
“An, sebenarnya gue pun
merasakan hal yang sama kaya lo, gue Cuma menyiapkan diri untuk memantaskan
diri buat masa depan lo kelak An. Makasih ya lo udah jujur, gue harap lo bisa
sabar.”
Pesan singkat itu
membuat bulir-bulir air mata jatuh ke pipi yang berusaha untuk tersenyum
menyimpul, aku gemetar membacanya. Selama ini aku tidak pernah intens
berkomunikasi, kita memang kenal lama tetapi tidak saling menunjukan bahwa
saling mencintai. Tetapi tuhan yang menyiapkan dan merancang semuanya. Ini mungkin
menjadi akhir dari rasa letihku. Sore itu menjadi sore terakhir dari
kegelisahan hati ku, pertanyaan-pertanyaan besar yang ada dibenak ku telah
berakhir sore itu.
*Note: cerpen ini hanya fiktif belaka, kalo mau dianggep serius juga nggak apa-apa haha ya inti dari cerpen ini Sabar aja ya, kalo jodoh nggak kemana hehehe. Salam DessyIsland X
*Sumber gambar
- ceeta.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar